Apa yang kau rasakan? Apa yang kau ingikan? Apa yang
kauharapkan? Dan mimpi apa yang ingin kau lihat? Yaah semuanya akan selalu
berbeda dengan apa yang kita inginkan. Ditengah malam kesunian menengok
gelapnya malam dengan hembusan angin bertiup. Kini tinggalah kami, aku dan
adikku tampa ayah tampa ibu berdiam di gubuk bambu dipinggir sungai. Dan sekali
lagi inilah kehidupanku.
Adikku bernama Santi, gadis mungil yang rela hidup
susah denganku dan tak pernah menyicipi bangku sekolah. Berbeda denganku yang
beruntung dapat duduk dibangku sekolah dasar. Kita pun dibesarkan oleh Nenek
kami yang dua tahun yang lalu pergi ke surga. Dan tentunya tak ada satupun jeritan, keluhan, rasa sakit dalam benak kami.
Karena kita tahu masih ada yang mencintai kami, dan itu adalah tuhan.
Gubuk yang kami tempati 10 tahun lamanya adalah
tanah pemerintah kami tempati. Dan tentu,. Kami pun rela jika suatu hari nanti
mereka mengusir kami. Setiap hari aku bekerja sebagai buruh roti di pabrik
dekat rumahku dan adikku Santi setiap harinya berjualan es lilin dan
berkeliling sepanjang sungai. Kita adalah anak yatim piatu yang kuat dan tak
pernah mengeluh tentu walau kita tak punya sesuatu yang patut dibanggakan tapi
kami tak akan pernah mengemis sedikitpun.
Cinta nenek yang membuat kami bertahan selama ini.
Bagaimana kasihnya yang memabngkitkan semnagat kiat yang untuk terus bertahan
hidup. Ejakan atau celaah adalah berita lama untuk kami. Ejekan dari temanku
atau para tetangga di sekitar dungaipun kami terima dengan lapang hati. Karena
mereka tak pernah tau hati kami yang begitu bersih. Menjadi seorang buruh
pabrik adalah tugas yang berat bagi remaja seumuranku.
Setiap hari dari pagi hingga sore keseharianku
berada didalam pabrik roti. Menghias dan membungkus roti kedalam kemasan
plastik adalah rutinitasku. Bagaimana pun aku menjalani semua ini dengan ikhlas
dan sedikit harapan
0 komentar:
Posting Komentar